Vision without action is daydream. Action without vision is nightmare.
- Japanese Proverb
- Japanese Proverb
Sekitar
sepuluh tahun yang lalu, saya tinggal disebuah kost-kostan tua di
Yogyakarta, ada enam orang yang menghuni dua belas kamar yang tersedia,
rumah kost itu lebih mirip padepokan silat Mpu Gandring dari pada tempat
kost mahasiswa, kami berenam memiliki latar belakang hampir sama,
mahasiswa-mahasiswa lain menyebut kami kelompok maduri dan teroris,
makan dua kali sehari, dengan tempe rong iris (dua potong), untuk
menghemat pengeluaran tentunya.
Saya masih sangat mengingatnya, hari yang paling kami benci adalah hari sabtu, karena malamnya adalah malam minggu, malam paling menyakitkan untuk kami. Ketika mahasiswa-mahasiswa seumuran kami, petantang-petenteng memamerkan siapa yang mereka bonceng di atas motor customnya, kami berenam duduk didepan lilin, berharap salah satu dari kami tiba-tiba berubah menjadi semacam babi ngepet atau berharap ada seokor katak yag masuk ke dalam rumah agar bisa digosok seperti voucher pulsa, untuk nembak nomer buntut. meski kami, terutama saya cukup ganteng, it's true, jangan ketawa!, tapi kami adalah sekumpulan jomblo tersukses di planet ini, sukses menjomblo tentunya.
Saya masih sangat mengingatnya, hari yang paling kami benci adalah hari sabtu, karena malamnya adalah malam minggu, malam paling menyakitkan untuk kami. Ketika mahasiswa-mahasiswa seumuran kami, petantang-petenteng memamerkan siapa yang mereka bonceng di atas motor customnya, kami berenam duduk didepan lilin, berharap salah satu dari kami tiba-tiba berubah menjadi semacam babi ngepet atau berharap ada seokor katak yag masuk ke dalam rumah agar bisa digosok seperti voucher pulsa, untuk nembak nomer buntut. meski kami, terutama saya cukup ganteng, it's true, jangan ketawa!, tapi kami adalah sekumpulan jomblo tersukses di planet ini, sukses menjomblo tentunya.
Suatu
ketika kami tersadar dan merasa harus merubah nasib, mengandalkan orang
tua sangatlah tidak mungkin, mengingat latar belakang perekonomian
keluarga kami, maka kami memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan.
maka sepakatlah kami mahasiswa yang terdidik secara akademis,
menggunakan ilmu yang kami miliki, matematika, ekonomi, tehnik sipil dan
geografi, menyusun rencana-rencana besar untuk merubah nasib kami.
Rencana
pertama, karena modal yang kami miliki sangat terbatas, kami memutuskan
untuk menjual apa yang kami bisa, secara logika satu-satunya yang bisa
kami jual adalah jasa, maka tersusunlah sebuah proposal yang rencananya
akan kami ajukan ke sekolah-sekolah, isinya sederhana penawaran les
komputer, kami mengajukan penawaran ke sekolah tanpa lab komputer, kami
akan menjadi pengajar-pengajarnya, tempat belajarnya kami akan
mengajukan proposal kerja sama dengan rental-rental komputer.
Rencana
berikutnya, salah satu teman saya memiliki kenalan produsen makanan
ringan khas Gombong, maka kami menyusun proposal lagi, kerjasama
pemasaran Snack Gombong di Yogya, kami akan menjadi agen Snack, mulailah
jurusan ekonomi menghitung untung rugi, matematikan menghitung jarak
dan biaya angkut, jurusan geografi memilih area pemasaran, jurusan
tehnik sipil memperkuat otot siap-siap jadi kuli angkut, it's kidding.
Rencana
berikutnya lagi, karena halaman kost ala padepokan Silat Mpu Gandring
ini sangat luas, kami merasa cocok untuk menggembangkan peternakan ikan,
kami memilih ikan hias, maka munculah proposal baru, kami berencana
membuat kolam-kolam ikan dengan kayu dan terpal bekas, merubah ember
cucian menjadi tempat pemijahan, melepas kaca-kaca kamar yang kosong dan
menjadikannya aquarium display. Luar biasa, luar biasa kekonyolannya.
Berikutnya
kami menyusun beberapa lagi proposal, saya lupa jumlahnya, yang saya
ingat tidak ada satupun proposal itu yang kami kerjakan, kami terlalu
sibuk menyusun proposal, terlalu malu untuk mengajukannya, sekaligus
terlalu takut untuk menjalankannya, kombinasi yang sempurna bukan?.
Mungkin
rasa takut dan malu adalah sifat dasar manusia, memang kita tidak bisa
meninggalkan perasaan itu begitu saja, tanpa rasa takut pastilah tengah
malam, jumat kliwon sekalipun, makam-makam angker nan gelap dipinggiran
Jakarta penuh sesak dengan ababil yang dimabuk cinta monyet. Tanpa rasa
malu anda bisa bayangkan sendiri, apa yang terjadi jika semua orang
pergi bekerja hanya memakai dasi.
Saya
yakin di kepala anda banyak sekali rencana-rencana besar, yang akan
membawa anda menuju kesuksesan, tapi sama seperti cerita saya tadi,
rencana itu akan menjadi sia-sia jika anda hanya terus menerus
merencanakannya bukan mewujudkannya.
There are only two rules for being successful. One, figure out exactly what you want to do, and two, do it.
- Mario Cuomo
- Mario Cuomo
RELATED ARTICLE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar