Rabu, 27 Maret 2013

I Believe In Me



I don't believe you have to be better than everybody else. I believe you have to be better than you ever thought you could be. Ken Venturi.

Anda pencinta sepakbola?  jika iya, pasti anda masih teringat dengan pertandingan Inggris vs Italia 25 Juni 2012 dari stadion NSK Olimpijs'kyj — Kyiv (Kiev) Ukraina, perdelapan final Piala Eropa 2012. Setelah 120 menit pertandingan, score imbang kosong-kosong. Pertandingan dilanjutkan adu penalti, penendang pertama Italia Mario Balloteli membawa Italia unggul, Inggris melalui Steven Gerrard menyamakan kedudukan, Montolivo, Italia gagal mengeksekusi penalti, Rooney gol! Italia dalam posisi tertekan, 1-2 untuk Inggris, penendang ketiga Andrea Pirlo (one of my favorite man, he's a Milan right? No ,he's Juve now!) dalam posisi tertinggal, jika eksekusinya gagal, Italia semakin tertekan, kans untuk menang semakin tertutup.

 58.057.477 penduduk Italia menunggu, berdoa, berharap, mungkin memejamkan mata atau membelakangi layar televisi, jutaan pasang mata di dunia menunggu, bandar-bandar judi bolak-balik ke kamar mandi. Pirlo maju dengan wajah tanpa ekspresi, Joe Hart kiper Inggris sedikit tersenyum melakukan provokasi, dan apa yang dilakukan Pirlo? dia menendang bagian bawah bola dengan ujung kaki ke arah tengah gawang, bola membentuk lintasan parabolic kecil, dengan kecepatan tidak lebih dari 30km per jam, konon tehnik itu disebut Panenka. Dalam adu penalti, salah satu cara paling aman adalah menendang ke sudut kanan atau kiri gawang dengan kecepatan penuh, tendangan yang sulit dijangkau kiper sehebat apapun. Tapi tendangan ini, tak perlu Joe Hart, seorang Hakuho Yokozuna juara sumo asal Jepang pasti akan menepis bola seperti ini dengan mudah, bahkan mungkin hanya menggunakan perutnya, its a joke. Yang terjadi, dalam tendangan penalti 90% advantage ada dipenendang, peluang kiper hanya 10% untuk menggagalkan tendangan itu. Seorang kiper akan bergerak ke kiri atau ke kanan secepat mungkin untuk menepis bola yang datang hanya dari jarak 11m. Sama seperti yang dilakukan Joe Hart, dia bergerak ke kanan, membiarkan bola yang sangat lambat itu masuk tepat ke tengah-tengah gawang, tempatnya berdiri sebelum memutuskan bergerak ke kanan. Italia bersorak, pemain-pemain Inggris runtuh mentalnya, skor akhir 4-2 untuk kemenangan Italia.

Mungkin ada ratusan bahkan ribuan pemain sepakbola di Indonesia sekalipun negara dengan peringkat FIFA 150an, bisa  melakukan tendangan seperti itu, dalam sesi latihan tentunya. Dipertandingan sebesar Piala Eropa, dibutuhkan mental dan kepercayaan diri yang luar biasa kuat. Bayangkan jika Joe Hart memutuskan untuk tidak bergerak, pasti dia akan menagkap bola itu dengan satu tangan, Pirlo akan dihujat di seantero Italia. Reputasinya akan hancur hanya karena satu tendangan. Tapi dia memutuskan untuk melakukannya, dia percaya kemampuannya. Dia mempercayai dirinya sendiri.

Bagaimana dengan anda? sudahkah anda sadar memiliki suatu kemampuan? sudahkah anda mempercayai kemampuan yang anda miliki? atau anda hanya belum berani menunjukannya? masih mempertimbangkan resiko yang harus anda hadapi jika anda melakukannya? atau anda hanya ingin memendamnya, laksana harta karun yang disembunyikan oleh bajak laut Karibia, tanpa dilengkapi peta?.
Bagaimana orang lain akan memberi kepercayaan kepada anda, jika anda sendiri tidak memberi kepercayaan kepada diri anda. So let's  sing;

I believe I can fly
I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see me running through that open door
I believe I can fly
I believe I can fly
I believe I can fly

Tidak ada komentar:

Posting Komentar